Ranny Fahd A Rafiq: Tsunami Pemudik Menyerbu Ibu Kota, Arus Balik Lebaran 2025 Pecahkan Batas Nalar

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Jakarta, — Indonesia kembali berdenyut. Getaran besar terasa dari barat hingga timur, dari pesisir hingga pegunungan. Arus balik mudik Lebaran 2025 bukan lagi sekadar fenomena tahunan, ia menjelma jadi peristiwa kolosal yang memecah batas ruang, waktu, dan logika. Puluhan juta jiwa bergerak bersamaan, menciptakan gelombang manusia yang terlihat di pasca lebaran, ucap Ranny Fahd A Rafiq di Jakarta pada Sabtu, (5/4/2025).

 

 

Politikus Partai Golkar mengatakan, “Sejak H+2 Lebaran, semua jalur menuju ibu kota seolah tersedot ke dalam pusaran balik kerja dan realita. Jalan tol berubah jadi sungai logam yang menjalar tanpa ujung. Mobil-mobil merayap seperti siput kelelahan, sementara klakson bersahutan seperti terompet kiamat kecil yang tak kunjung reda. Dari langit, drone memotret pemandangan spektakuler. lintasan kendaraan yang begitu padat hingga membentuk pola cahaya abstrak bak lukisan alam semesta.

 

Istri dari Fahd A Rafiq ini melanjutkan, “Bandara Soekarno-Hatta? Jangan ditanya. Ia tak lagi sekadar bandara, tapi semacam stasiun luar angkasa yang menerima gelombang manusia dari segala penjuru. Setiap menit, pesawat mendarat seperti peluru waktu. Para penumpang, dengan wajah setengah kantuk dan tubuh lelah, berdesakan dalam antrean bagasi yang tak kunjung surut. Bau oleh-oleh, parfum, dan keringat bercampur jadi aroma khas arus balik lelah, tapi penuh cinta.

 

 

Sementara itu, stasiun-stasiun kereta api dipenuhi drama manusia. Ada yang terpaksa berdiri sepanjang perjalanan, ada pula yang tidur bersandar pada koper berisi harapan. Tangis bayi dan tawa pemudik menjadi orkestra emosional yang tak mampu dihentikan oleh jadwal keberangkatan.

 

 

Petugas lalu lintas nyaris seperti prajurit perang mereka berjuang di tengah terik matahari, mengatur gelombang kendaraan yang tak kenal lelah. Di setiap rest area, para pemudik saling berbagi cerita, kopi, dan kantuk yang mendera. Beberapa tertidur di jok mobil, yang lain memilih duduk bersila di trotoar, menjadikan aspal sebagai tempat berteduh dari realitas panjang perjalanan.

 

 

Namun tak ada yang mengalahkan medan tol Trans-Jawa. Di sinilah epik sesungguhnya berlangsung, ungkap anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar ini. Lebih lanjut, “rest area menjadi oase penuh warna, namun juga menjadi saksi bisu ribuan orang yang tidur di aspal, makan di bawah truk, bahkan merayakan ulang tahun dalam kemacetan. Waktu seolah berhenti, hanya menyisakan panas, debu, dan kesabaran yang diuji hingga titik nadir.

 

 

Petugas kepolisian, tim medis, dan relawan bahu-membahu seperti pasukan tempur di garis depan. Di balik seragam mereka, ada peluh dan dedikasi. Mereka mengatur lalu lintas yang tak kunjung reda, menghibur anak-anak yang menangis, hingga membantu pengemudi yang kendaraannya mogok di tengah lautan mobil.

 

 

Namun, di balik segala kekacauan dan kelelahan, ada sesuatu yang lebih dalam yaitu semangat untuk kembali. Arus balik bukan hanya perjalanan fisik, tapi ritual emosional — peralihan dari dunia keluarga yang hangat menuju kenyataan keras kehidupan kota. Ini tentang mengemas rindu, menaruhnya di bagasi, dan membawa pulang kenangan untuk disimpan hingga Lebaran berikutnya tiba.

 

 

Jakarta, dan kota-kota besar lain, kini bersiap menampung ledakan jiwa-jiwa yang kembali. Gedung-gedung perkantoran menguap sunyi, bersiap menyambut denyut baru dari para pekerja yang kembali dengan semangat yang dibakar oleh pelukan ibu dan senyum ayah di kampung halaman.

 

Lebaran memang usai, tapi ceritanya belum. Arus balik adalah bab penutup dari novel tahunan bernama mudik. kisah cinta, rindu, perjuangan, dan kembali yang tak pernah gagal membuat Indonesia terasa hidup.

 

 

Dan Jakarta? Kota ini seolah menarik napas dalam-dalam, bersiap menyambut serbuan warganya yang pulang. Gedung-gedung tinggi bersiap kembali menyaksikan manusia-manusia tangguh memulai hidup dari awal. Mesin-mesin kantor akan kembali berdetak, jalanan akan kembali penuh sesak, dan cerita-cerita arus balik akan menjadi legenda baru di setiap obrolan warung kopi.

 

 

Inilah arus balik Lebaran 2025 sebuah fenomena sosial, budaya, dan spiritual yang tak hanya soal kembali, tapi soal bagaimana Indonesia bergerak dalam satu denyut yang sama. Sebuah pesta besar perasaan yang dibungkus dalam bising mesin, peluh di dahi, dan tawa yang masih menggantung di kaca jendela mobil.

 

 

Arus balik kali ini bukan hanya soal perjalanan, tapi soal rindu yang ditinggal di kampung halaman dan harapan yang dibawa kembali ke kota. Inilah ritual agung tahunan, di mana seluruh Indonesia bergerak, serempak, seirama, dalam simfoni pulang dan kembali yang tak pernah gagal menguras emosi.

 

 

Selamat datang di Jakarta, tempat di mana peluh adalah mata uang, dan tekad adalah kompas. Di sinilah kisahmu dimulai sebuah epos urban yang akan ditulis dengan air mata, tawa, dan keberanian tanpa batas, tutup Ranny.

 

 

Penulis: ASW

 

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita