Jakarta – Dalam banyak kesempatan Presiden Prabowo Subianto berulang kali dalam pidatonya berbicara kondisi ekonomi global sedang tidak baik baik saja cepat atau lambat efeknya akan sampai ke kita semua dan sebagai pejabat dan rakyat dituntut memahami apa yang di maksud Presiden Ke 8 RI tersebut, ucap Ranny Fahd A Rafiq di Jakarta pada Jum”at (16/5/202).
Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar ini mengatakan, “Sekali lagi disini bukan bermaksud untuk menggurui tapi lebih pada membantu untuk menjelaskan informasi secara mudah dan simpel agar bisa dipahami rakyat dan pejabat yang ambil keputusan sebesar besarnya untuk kepentingan rakyat Indonesia.
Istri dari Fahd A Rafiq ini menjelaskan, “catatan saya yang perlu digaris bawahi adalah tidak semua orang bisa menjelaskan hal yang rumit menjadi simpel dan mudah dipahami. Karena memahami geopolitik itu akan menjadi sulit jika kita tidak tahu pertanyaan akan menuju pemahaman menuju esensj dari geopolitik global. Karena untuk memahami Hubungan Internasional dan Geopolitik yang mendalam harus kuliah S1 sampai S3 , ujar Ranny.
Lebih lanjut Ranny menjabarkan, “Dunia hari ini tak hanya bergerak cepat, tapi juga penuh dengan drama politik antarnegara. Mulai dari perang, perebutan wilayah, hingga aliansi militer, semua itu bagian dari apa yang disebut dengan “geopolitik internasional.” Tapi, apa sebenarnya geopolitik itu? Dan bagaimana rakyat biasa bisa memahaminya tanpa tersesat dalam istilah rumit dan berita yang membingungkan?
Lebih jauh Ranny menyederhanakan Geopolitik tentang bagaimana negara-negara berjuang untuk kekuasaan dan pengaruh di tingkat global. Ibarat papan catur raksasa, setiap negara adalah pemain yang punya strategi sendiri untuk menang, atau setidaknya bertahan. Berikut beberapa tips dan trik sederhana agar kita tidak hanya menjadi penonton pasif, tapi juga bisa membaca arah angin geopolitik Internasional.
Ranny menjabarkan kembali, kenali siapa pemain utama dan apa yang mereka inginkan, ini seperti film dan sinetron, geopolitik punya karakter-karakter besar yaitu Amerika Serikat, Cina, Rusia, Uni Eropa, dan lainnya. Pahami apa kepentingan mereka? apakah soal ekonomi, pengaruh budaya, atau keamanan nasional? Dengan tahu tujuan mereka, kita bisa lebih jernih membaca tindakan mereka.
Tipsnya Coba cari tahu “apa yang sedang diperebutkan?” Apakah itu wilayah, sumber daya, atau sekadar pengaruh? Contoh konflik di Taiwan dan Tiongkok, konflik ini melibatkan negara adi daya Amerika Serikat ingin mempertahankan pengaruhnya yaitu sistem demokrasi, sedangkan Tiongkok ingin menganeksasi kembali Taiwan dalam satu sistem dibawah komando Xi Jin Ping.
Selanjutnya, Berita internasional jangan di telan mentah-mentah, karena seringkali sudah dibalut oleh sudut pandang tertentu. Media dari negara berbeda bisa menyajikan cerita yang sangat berbeda tentang peristiwa yang sama. Maka dari itu kita butuh informasi yang objektif, independen dan memahami narasi yang kuat di negara tersebut.
Tipsnya, baca dari beberapa sumber yang berbeda. Bandingkan, dan tanyakan: “Siapa yang diuntungkan dari narasi tersebut, ungkap Ranny..
Memahami Konteks Sejarah dan Budaya itu sangat penting, ini adalah hal dasar yang wajib diperhatikan dengan sesama. tidak semua konflik muncul tiba-tiba. Banyak yang berakar dari sejarah panjang kolonialisme, perang saudara dan konflik agama. Tanpa konteks yang jelas dan independen, kita hanya akan menghakimi permukaan. Tipsnya Saat membaca berita geopolitik, coba cari latar belakang sejarahnya. Ini seperti menonton film dengan episode sebelumnya kita jadi lebih paham alur ceritanya.
Selanjut Ranny menyarankan, harus mewaspadai kata-kata sensasional. seperti kalimat “mengancam perdamaian dunia” atau “aksi brutal” hal ini bisa menggiring emosi publik Padahal, geopolitik butuh nalar dingin, bukan amarah.
Triknya, Fokus pada data dan fakta, bukan sekadar opini. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang melakukan apa? Dan Mengapa itu bisa terjadi?, jelasnya.
Lebih lanjut Ranny memaparkan cari sumber edukasi yang Ringan, saat ini sudah banyak akun media sosial, podcast, atau video edukasi yang membahas geopolitik dalam bahasa sederhana. Ini bisa jadi cara seru untuk belajar tanpa stres dan pusing. Tipsnya Ikuti sumber-sumber terpercaya seperti kanal YouTube geopolitik, akun analis independen, atau podcast politik global.
Satu hal yang perlu di Ingat, moralitas tetap penting. Di balik semua perebutan kekuasaan, jangan lupakan sisi kemanusiaan. Siapa yang jadi korban? Apa nilai-nilai kemanusiaan yang dipertaruhkan? Dimana letak sisi egonya?. Sesuai sila ke- 2 Pancasila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Ranny mengingatkan akan sejarah. Faktanya perang dunia ke II dan Perang Dingin adalah soal ego manusia dan hegemoni siapa yang lebih kuat. Pemenang Perang Dunia ke II adalah Amerika Serikat, Uni Sovyet dan NATO.
Tidak sampai disitu Amerika Serikat yang awalnya bersekutu dengan Uni Sovyet pada perang dunia ke II akhirnya harus beradu kekuatan kembali di sesi perang yang berbeda. Arena kedua negara tersebut membawa pengaruh berupa ide yang berbeda yakni Amerika Serikat konsep demokrasi sedangkan Uni Sovyet dengan Komunismenya.
Pasca perang dunia ke II lanjut ke perang dingin (1947 -1991). Jika dilihat dari jendela Nasionalisme yaitu olah raga maka Olimpiade adalah alat ukurnya. Mau bukti! Sejak 1948 – 1988 (40 tahun) Amerika Serikat dan Uni Sovyet beradu kuat di bidang olah raga. dengan catatan sebagai Juara Umum tiap edisi.
Olimpiade Tahun 1948 – 1952 (Amerika Serikat), Tahun 1956- 1960 (Uni Sovyet), Tahun 1964 – 1968 (Amerika Serikat), Tahun 1972 -1980 (Uni Sovyet), Tahun 1984 (Amerika Serikat), Tahun 1988 (Uni Sovyet)⁶. Skor Akhir adalah 7 – 5 Untuk kemenangan Uni Sovyet dalam perang di bidang olah raga. Bahkan di Olimpiade Barcalona tahun 1992 Unified team (bekas negara negara Uni Sovyet) kembali juara.
Ranny mencatat, yang perlu di garis bawahi yaitu Olimpiade ada dua musim yaitu musim dingin dan panas, saya hanya fokus pada persaingan USA vs Uni Sovyet pada saat itu. Jika melihat tabel klasemen saat ini dari pertama kali Olimpiade diselenggarakan hingga tahun 2024 Amerika Serikat masih memimpin dengan 20 kali juara, diikuti Uni Sovyet + Rusia 14 kali juara, Norwegia 10 kali juara dan Jerman 5 kali juara
Sebagai penutup Ranny menyampaikan jadilah penonton yang cerdas di panggung dunia. Memahami Geopolitik Internasional bukan hanya tugas pakar. Kita sebagai warga biasa, juga punya peran yaitu menjadi penonton yang kritis yang tidak mudah diombang-ambing oleh narasi besar.
Dengan sedikit ketekunan dan rasa ingin tahu, kita bisa melihat lebih jernih apa yang terjadi di dunia dan mungkin lebih siap menghadapi dampaknya. Indonesia Era Presiden Prabowo Subianto para pejabat dituntut untuk memahami geopolitik lebih dalam. Karena pasca reformasi Indonesia selalu kalah dalam dinamika percaturan global.
Suka atau tidak suka pada akhirnya apa yang terjadi di panggung dunia akan sampai juga ke pintu rumah kita entah dalam bentuk harga pangan, nilai tukar, atau bahkan perdamaian, sudah faham sampai sini! Laksanakan segera, tutup Ranny.
Penulis: A.S.W