Fahd A Rafiq: Kisah Epik China dan Hong Kong Menundukkan George Soros, “Sang Teroris Ekonomi Global”

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

 

 

 

Jakarta – Dalam sebuah diskusi yang penuh semangat dan peringatan tajam dari medan tempur ekonomi, Ketua Umum DPP BAPERA, Fahd A. Rafiq membuka kembali salah satu babak paling mendebarkan dalam sejarah keuangan dunia yakni pertempuran finansial antara George Soros melawan kekuatan kolektif Hong Kong dan China pada 1997–1998. Bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi sebuah pelajaran strategis bagi masa depan Indonesia, ucapnya

 

 

“Bayangkan, seorang pria yang hampir menghancurkan Asia, menjatuhkan Jepang dan Korea Selatan, membuat Asia Tenggara lumpuh, ternyata gagal total saat mencoba mengguncang Hong Kong. Ia tidak menyangka akan bertabrakan dengan tembok besar bernama China,” ujar Fahd saat ditemui di Jakarta, Minggu (20/4/2025).

 

Fahd tidak hanya memaparkan fakta sejarah, tapi juga menggambarkan dengan lantang betapa perang modern tidak lagi membutuhkan peluru. Ia menyebutnya “perang tanpa asap mesiu”, medan tempur di mana angka dan spekulasi menggantikan senjata api.

 

Duel Spekulatif yang Mengguncang Asia

 

Kisah bermula dari kembalinya Hong Kong ke pangkuan Tiongkok pada tahuh 1997. Dalam bayang-bayang transisi, George Soros tokoh yang dijuluki sebagai “teroris ekonomi global” melancarkan strategi short selling terhadap pasar keuangan Hong Kong. Ia menggunakan celah sistem nilai tukar tetap dan kondisi ekonomi yang tengah goyah akibat gelembung properti dan utang korporasi.

 

Namun Soros salah langkah. Ia mengira Hong Kong sendirian. Ia lupa bahwa di belakangnya berdiri kokoh kekuatan ekonomi terencana China.

 

Beijing Bangkit: Titik Balik Perang Finansial

 

Langkah awal pemerintah Hong Kong seperti menaikkan suku bunga justru memperparah situasi. Tapi kemudian, Beijing turun tangan secara langsung. Mereka tidak hanya menyuntikkan dana lebih dari USD 10 miliar ke pasar saham, tetapi juga menciptakan stabilitas psikologis dan strategis di tengah kepanikan investor.

 

Pada puncaknya, 28 Agustus 1998, Hang Seng Index berhasil diselamatkan di angka 7.800 poin. Soros, yang biasanya tak terkalahkan, mengalami kerugian lebih dari USD 800 juta. Kekalahan yang bukan hanya soal uang, tetapi juga soal reputasi.

 

Ekonomi Terencana vs Kapitalisme Spekulatif

 

“China menunjukkan bahwa nasionalisme ekonomi, kontrol negara yang kuat, dan keberanian mengambil risiko besar mampu mengalahkan kekuatan kapitalisme liberal yang rakus,” tegas Fahd.

 

China bahkan mengerahkan dua pertiga dari cadangan devisanya sekitar USD 140 miliar

demi menyelamatkan Hong Kong. Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga simbol kedaulatan nasional.

 

Peringatan Bagi Indonesia

 

Menurut Fahd, krisis 1998 yang meluluhlantakkan Indonesia harus menjadi pengingat abadi. Bahwa ketika kontrol ekonomi dilepas, dan solidaritas nasional melemah, negara menjadi sasaran empuk spekulan global.

 

“Kapitalisme global yang tak terkendali bisa menghancurkan negara dari dalam. Indonesia harus belajar dari Tiongkok: perkuat fondasi, jaga kedaulatan ekonomi, dan jangan beri celah pada spekulasi,” katanya.

 

Menundukkan Sang Serigala

 

Kekalahan Soros di Hong Kong adalah simbol bahwa bahkan “serigala Wall Street” pun bisa ditundukkan. Dan di balik kemenangan itu, berdiri kekuatan kolektif, strategi nasional, dan keteguhan sebuah bangsa.

 

Hari ini, China menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Dan pertempuran ini adalah fondasi penting yang membentuk posisi itu. Sebuah kisah epik dari Timur yang mengajarkan dunia: kedaulatan ekonomi adalah senjata utama di abad modern.

 

“Ini bukan soal Hong Kong atau China semata,” tutup Fahd, yang juga dikenal sebagai akademisi di Malaysia. “Ini tentang bagaimana sebuah bangsa mempertahankan martabatnya di tengah gempuran global yang brutal. Sebuah pelajaran yang tak boleh kita abaikan.”

 

Penulis: A.S.W

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita