Ranny Fahd A Rafiq: Ketika Diplomasi Bertemu Diagnosis Geopolitik, Kesehatan Global dan Taruhan Nyawa Manusia

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

Jakarta – Di balik meja-meja bundar negosiasi dan percakapan dingin para diplomat, sesungguhnya ada nyawa manusia yang sedang digadaikan. Dunia tak hanya terpecah karena batas negara tapi juga karena dibatasinya akses terhadap vaksin, obat, dan layanan kesehatan. Geopolitik telah menjelma menjadi faktor penentu siapa yang sehat, sakit, hidup dan dibiarkan mati dalam senyap, ucap Ranny Fahd A Rafiq di Gedung DPR/MPR pada Kamis,(19/6/2025).

 

 

Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar ini mengatakan, “pandemi COVID-19 telah menjadi panggung paling telanjang, bagaimana kekuatan global memainkan isu kesehatan sebagai alat tawar. Beberapa negara maju yang mengaku sebagai pilar moral dunia, justru memonopoli pasokan vaksin. Di saat Italia kewalahan dan Brasil lumpuh, negara-negara tertentu menimbun lebih dari lima kali lipat stok vaksin dari kebutuhan populasinya, ungkapnya.

 

Lebih dalam Ranny memaparkan, “banyak yang keliru mengira bahwa kesehatan adalah isu netral. Faktanya, kesehatan kini menjadi bagian dari statecraft (seni berkuasa dan mengendalikan). Negara-negara kaya menggunakan bantuan medis sebagai instrumen diplomasi lunak (medical diplomacy). China dengan vaksin Sinovac dan Sinopharm menggelontorkan jutaan dosis ke negara-negara berkembang, tidak semata demi kemanusiaan, tapi juga untuk memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin, paparnya.

 

 

Lebih dalam istri dari Fahd A Rafiq ini melihat, “Rusia lewat Sputnik V melakukan hal yang sama. namun tidak ada yang gratis dalam politik global. Di balik setiap jarum suntik, ada kontrak tersembunyi, konsesi politik, orientasi kebijakan luar negeri yang perlahan berubah arah, terang Ranny.

 

 

Ranny melihat secara detail, “saat dunia mulai bangkit dari pandemi perbedaan kualitas layanan kesehatan menjadi lebih nyata. banyak negara dengan sistem kesehatan publik yang kuat bertahan lebih baik. Namun di benua Afrika dan beberapa kawasan Asia Selatan yang selama puluhan tahun berada dalam bayang utang dan ketergantungan internasional, justru menjadi medan eksperimen global.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kerap menjadi penengah, tapi kekuatannya dibatasi oleh beberapa negara pendonor utama. Dalam diam, WHO pun menjadi arena tarik menarik kepentingan, terang Ranny sambil mengelus dada.

 

 

 

Ranny mengusulkan kepada pemerintah Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara dengan populasi keempat terbesar di dunia dan anggota G20, tidak bisa netral dalam hal ini. Kita harus memilih antara menjadi pemain pasif dalam permainan global atau menjadi inisiator tatanan kesehatan yang lebih adil. Program Diplomasi Kesehatan Global seharusnya menjadi prioritas Kementerian Luar Negeri, Indonesia harus mendorong terwujudnya Global South Alliance for Health Equity sebagai blok baru untuk negara berkembang dalam memperjuangkan akses setara terhadap teknologi kesehatan, paten obat, dan sistem proteksi sosial berbasis kesehatan, paparnya.

 

 

Generasi penerus yang hari ini tumbuh dalam sistem kesehatan yang rapuh akan menjadi korban paling nyata dari kegagalan politik global. Jika vaksin bisa ditahan demi pengaruh politik, obat menjadi langka karena perang dagang, maka dunia sedang menghadapi ancaman yang lebih besar dari peluru dan misil yakni ketidakadilan sistemik dalam bertahan hidup, tegasnya.

 

 

Pada titik itulah, kita harus bertanya? apakah peta dunia hari ini digambar oleh batas negara atau hati nurani? Disinilah Indonesia harus mengambil perannya kembali, jangan sampai serangan seperti covid -19 terulang kembali dan kita tidak siap. Ranny memprediksi cepat atau lambat serangan virus akan kembali guncang dunia melihat Amerika Serikat saat ini telah kalah dagang oleh Tiongkok. Ranny memprediksi biasanya senjata biologis akan kembali dimainkan setelah USA kalah dalam perang tarif, mungkin dengan skenario yang berbeda tutup Ranny.

 

 

Penulis: A.S.W

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita