Fahd A Rafiq Kisahkan Tiga Maestro Sepak Bola yang Menentang Kemustahilan

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

 

Jakarta – Di rimba sepak bola yang didominasi gemuruh nama-nama besar dan gelimang materi, terselip kisah-kisah heroik tentang para peracik taktik yang mampu mengubah tim medioker menjadi penantang, bahkan peraih takhta juara, ucap Fahd A Rafiq di Jakarta pada Selasa, (13/5/2025).

Ketum DPP BAPERA mengatakan, “nama-nama seperti Ernst Happel, Otto Rehhagel, dan Brian Clough bukan sekadar deretan pelatih sukses mereka adalah arsitek keajaiban, para maestro yang menentang kemustahilan dan menuliskan babak-babak tak terlupakan dalam sejarah sepak bola khususnya di dunia kepelatihan, ini adalah sebuah motivasi dan pelecut bagi siapapun yang butuh akan makna dan motivasi luar biasa terangnya.

Analisa mendalam terhadap jejak karir mereka mengungkap benang merah filosofi, kepemimpinan, dan inovasi yang menjadi kunci transformasi tim-tim gurem menjadi kekuatan yang disegani di eranya pada saat itu. Hanya sedikit pelatih di dunia sepak bola yang bisa melakukan hal tersebut, ucapnya.

Ernst Happel Sang Perfeksionis dengan Sentuhan Magis

Fahd A Rafiq menyebut nama menyebut nama Ernst Happel mungkin tak sefamiliar Johan Cruyff atau Alex Ferguson, Pep Guardiola, Jose Mourinho dan Zinedine Zidane bagi generasi kini, namun reputasinya di era 70-an dan 80-an sungguhlah monumental.

 

Pria Austria ini dikenal sebagai seorang perfeksionis yang menuntut disiplin tinggi dan organisasi taktik yang nyaris sempurna. Namun, di balik ketegasannya, tersembunyi kemampuan langka untuk membangkitkan potensi terpendam dalam skuad yang dianggap sebelah mata.

Mantan Ketum PP-AMPG ini mencatat, “Happel adalah salah satu dari segelintir pelatih yang mampu menjuarai Piala/Liga Champions Eropa bersama dua klub yang berbeda Feyenoord Rotterdam (1970) dan Hamburg SV (1983), tapi tim gurem, kenangnya.

 

Pencapaian ini bukanlah kebetulan. Bersama Feyenoord, Happel mewarisi tim yang solid namun belum memiliki mentalitas juara di kancah Eropa. Sentuhan taktisnya, yang menekankan pada pertahanan kolektif yang kuat dan serangan balik cepat yang efektif, berhasil mengantarkan klub Belanda itu menaklukkan tim-tim mapan seperti AC Milan dan Leeds United

 

Ernst Happel tercatat membawa tiga timnya masuk Final Piala liga Champion termasuk club brugge (belgia) yang akhirnya dikalahkan Liverpool dengan skor 1-0 pada tahun 1977/1978.

Lebih dari satu dekade kemudian, keajaiban serupa terulang di Hamburg (Jerman) Happel datang ke tim yang memiliki potensi namun inkonsisten. Dengan tangan dinginnya, ia meramu skuad yang diisi pemain-pemain seperti Horst Hrubesch dan Felix Magath menjadi mesin yang sulit dikalahkan. Kemenangan atas Juventus di final Liga Champions 1983 menjadi bukti nyata kejeniusan Happel dalam memaksimalkan sumber daya yang ada dan menanamkan keyakinan yang tak tergoyahkan, ungkap Mantan Ketum Gema MKGR tersebut.

Selain Liga Champions, Happel juga mencatatkan kesuksesan di level domestik bersama ADO Den Haag, Club Brugge, dan Standard Liege, semakin mengukuhkan reputasinya sebagai pelatih yang mampu mengubah tim biasa menjadi luar biasa. Coba lihat saat ini klub klub tersebut tidak pernah mampir lagi ke liga champions bahkan menembus babak gugur saja sulitnya luar biasa.

Otto Rehhagel: Raja Yunani dan Arsitek Kejut Eropa

Jika Happel dikenal dengan perfeksionisme taktis, Otto Rehhagel adalah  perwujudan dari pragmatisme dan kemampuan membangun mentalitas baja,ujar Mantan Ketum DPP KNPI ini.

Julukannya “King Otto,” didapat bukan tanpa alasan. Puncak karir kepelatihannya adalah membawa tim nasional Yunani yang sebelumnya dianggap sebagai tim non unggulan abadi dengan menjuarai Piala Eropa 2004.

 

Analisa statistik pra-turnamen nyaris tak memberikan harapan bagi Yunani. Mereka datang dengan skuad yang mayoritas pemainnya bermain di liga domestik dan minim pengalaman di level internasional. Namun, di bawah komando Rehhagel, Yunani menjelma menjadi tembok pertahanan yang kokoh dan mesin serangan balik yang mematikan.

 

Lebih lanjut suami dari Ranny Fahd A Rafiq menegaskan, “Kemenangan demi kemenangan atas tim-tim favorit seperti Portugal (dua kali), Prancis, dan Republik Ceko adalah bukti nyata taktik disiplin tinggi dan semangat juang yang ditanamkan Rehhagel. Di Final Euro 2004 Yunani berhasil mengalahkan Portugal dengan skor 1-0 yang notabennya adalah tuan rumah pada edisi tersebut.

 

Sebelum keajaiban Yunani, Rehhagel juga dikenal sebagai pelatih sukses di Bundesliga Jerman. Ia mengantarkan Werder Bremen meraih dua gelar juara liga, dua Piala DFB-Pokal, dan Piala Winners Eropa. Kemudian, secara sensasional, ia membawa tim promosi Kaiserslautern menjuarai Bundesliga di musim 1997-1998 dan hingga detik ini belum terulang akan hal serupa yang dilakukan oleh klub klub di jerman.

 

Kisah sukses Rehhagel menunjukkan bahwa dengan organisasi yang tepat, disiplin taktik yang ketat, dan keyakinan yang kuat, tim dengan sumber daya terbatas pun mampu mengungguli para raksasa.

Brian Clough: Sang Karismatik yang Menaklukkan Eropa dengan Kesederhanaan

Lebih lanjut Kakak dari Fairuz A Rafiq mengisahkan sosok Brian Clough. Dia adalah sosok yang unik bahkan kisahnya di buatkan dalam film yang berjudul the Damned United. Dikenal dengan karismanya yang kuat, ucapannya yang kontroversial, dan keyakinannya yang tak tergoyahkan pada filosofi sepak bola menyerang yang sederhana namun efektif. Clough membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu membutuhkan taktik yang rumit atau pemain bintang berlimpah.

Sejarah mencatat, Clough adalah pelatih yang membawa Nottingham Forest tim yang baru promosi ke Liga Inggris, meraih gelar juara liga di musim 1977-1978. Lebih mencengangkan lagi, di bawah kepemimpinannya, Forest berhasil menjuarai Piala Champions Eropa dua kali berturut-turut pada tahun 1979 dan 1980. Dia tercatat menjadi pelatih Inggris terbaik hingga saat ini.

Pencapaian ini mengungguli tim-tim dengan sejarah dan sumber daya yang jauh lebih besar. Filosofi Clough didasarkan pada permainan umpan-umpan pendek yang cepat, pergerakan tanpa bola yang dinamis, dan kepercayaan penuh pada kemampuan para pemainnya.

Ia mampu membangun tim dengan chemistry yang kuat dan mentalitas pemenang, meskipun tidak memiliki skuad bertabur bintang. Kesuksesan Clough bersama Derby County (juara liga Inggris) dan Nottingham Forest menjadi bukti bahwa kepemimpinan yang kuat, visi yang jelas, dan kemampuan memotivasi pemain adalah aset yang tak ternilai harganya dalam sepak bola.

Fahd menganalisa komparatif benang merah mesuksesan 3 pelatih fenomenal tersebut meskipun memiliki gaya dan pendekatan yang berbeda, Happel, Rehhagel, dan Clough memiliki beberapa kesamaan mendasar yang menjadi kunci kesuksesan mereka dalam menangani tim-tim gurem:

Visi Taktik yang Jelas dan Adaptif Ketiganya memiliki filosofi sepak bola yang kuat namun juga fleksibel serta mampu beradaptasi dengan kekuatan dan kelemahan tim serta lawan.

Kemampuan Membangun Mentalitas Pemenang
Mereka mampu menanamkan keyakinan dan semangat juang yang tinggi kepada para pemain, mengubah mentalitas lemah menjadi mentalitas juara.

Kepemimpinan yang Kuat dan Karismatik

Mereka adalah pemimpin yang disegani dan dihormati oleh para pemain, mampu memotivasi dan menginspirasi mereka untuk melampaui batas kemampuan.

fokus pada kekuatan kolektif, Mereka menekankan pada kerja sama tim dan organisasi yang solid, memaksimalkan potensi setiap individu dalam kerangka tim yang utuh.

Keberanian dalam membuat Keputusan Beresiko

mereka tidak takut untuk mengambil risiko dan membuat keputusan sulit demi mencapai tujuan tim yaitu juara.

Kesimpulan Inspirasi Abadi dari Pinggir Lapangan

Kisah sukses dan kejeniusan Ernst Happel, Otto Rehhagel, dan Brian Clough adalah testament abadi bagi kekuatan visi, kepemimpinan, dan inovasi dalam sepak bola. Mereka membuktikan bahwa keterbatasan sumber daya bukanlah penghalang mutlak untuk meraih kejayaan.

 

Dengan kecerdasan taktik, kemampuan membangun mentalitas, dan karisma yang memikat, para maestro ini mampu mengubah tim-tim gurem menjadi singa yang menakutkan di panggung sepak bola Eropa. Ingatlah loh ini eropa kiblatnya sepak bola. Tingkat survivalnya diatas banyak negara negara lain.

 

Jejak karir mereka terus menginspirasi generasi pelatih dan pemain, mengingatkan bahwa keajaiban selalu mungkin terjadi di lapangan hijau, asalkan ada keyakinan dan kerja keras untuk menentang kemustahilan.

 

Suara dari ruang udara ini sekali lagi menjadi pelecut bagi timnas senior Indonesia (putra) yang berambisi ingin berkiprah di Piala Dunia 2026 untuk menentang kemustahilan tersebut. Tidak ada yang mustahil di dunia ini jika PSSI dan seluruh stake holder fokus pada tujuannya dengan point point yang sudah saya sebutkan. Sudah saatnya Indonesia mendunia lewat jalur sepak bola yang perlu di ingat adalah sekarang atau tidak sama sekali, tutup dosen yang mengajar di Negeri Jiran tersebut.

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita