Ketika Masa Depan Mengetuk Pintu Desa, Ranny Fahd A Rafiq Tawarkan Revolusi Holografik di Dunia Kesehatan Indonesia.

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

 

 

 

 

Jakarta — Di tengah gemuruh zaman yang semakin digital dan desingan revolusi industri 5.0, Ranny Fahd A Rafiq hadir bagai komet di langit senja sistem kesehatan Indonesia yang telah terlalu lama merangkak dalam labirin konvensi, di Jakarta, Selasa, (3/6/2025),

 

Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar ini mengatakan, “peta gagasan tentang dunia kesehatan Indonesia bukan hanya menantang status quo, tetapi mendobrak tembok peradaban lama dengan palu ide yang futuristik, radikal, dan visioner, ucap Ranny.

 

Hal ini Bukan tambal sulam kebijakan, bukan kosmetik birokrasi. Ranny melontarkan tiga guncangan ideologis yang jika diwujudkan akan membuat batas antara sains dan sihir menjadi kabur. Ia tidak sedang membayangkan reformasi ia mengajukan mutasi total terhadap cara kita memahami, mengakses, dan menjaga kesehatan, ungkapnya.

 

 

Anggota Banggar DPR RI membayangkan sebuah desa di pelosok Papua atau jantung Kalimantan bukan lagi sekadar titik koordinat terpencil, tetapi menjadi markas galaksi kesehatan. Di sana, seorang nenek tidak lagi harus menumpang perahu berjam-jam untuk bertemu dokter. Ia cukup masuk ke kabinet holografik, dan tubuhnya dipindai hingga ke helai DNA, lalu dianalisis AI yang lebih cermat dari pada seribu tabib.

 

Di dunia ini, dokter bukan lagi sosok yang duduk di balik meja dengan stetoskop. Mereka menjelma menjadi avatar virtual, melakukan pemeriksaan lewat realitas campuran. Kesehatan mental? Rehabilitasi stroke? Semua digubah dalam simfoni virtual, tempat terapi menjelma menjadi petualangan imersif nan gamifikasi menghapus trauma dengan narasi, bukan sekadar obat. Ini bukan dongeng utopis. Ini blueprint masa depan yang ingin Ranny tanam di tanah Indonesia.

 

 

Ranny lalu menyodorkan konsep JSKEP (Jaringa Simbiotik Kesehatan Ekosistem Planet) ibarat sebuah orkestra planet tempat manusia, hewan, pohon, bahkan jamur menari dalam simfoni ekologi yang diawasi oleh AI. Lewat jaringan sensor mikroskopis dan “oracle kesehatan planet”. Bumi dipantau layaknya tubuh yang bisa sakit dan didiagnosis sebelum ambruk.

 

Bagaimana dengan Wabah? Diredam sebelum virus melompat spesies. Krisis pangan? Diendus oleh AI sebelum ladang-ladang mati. Konvensi internasional baru pun ditawarkan, di luar WHO, bukan sebagai mimpi globalis, melainkan sebagai kode etik kesehatan bersama umat manusia, ungkap Ranny.

 

 

Ranny seolah berteriak pada dunia jika manusia ingin hidup lebih lama, mereka harus mulai menyembuhkan bumi karena paru-paru terakhir kita bukan ada di rumah sakit, melainkan di hutan yang kian terpangkas, saya sepakat dengan kebijakan bapak Prabowo menanam 1 juta pohon dan kembali menasbihkan Indonesia sebagai paru – paru dunia, ungkapnya.

 

Di era ketika data kesehatan dikomersialkan laksana emas digital, Ranny menyerukan pembebasannya.Melalui KPJKPT (Model Kesehatan Probono Kolektif & Jaringan Pengetahuan Kesehatan Terdesentralisasi). Istri dari Fahd A Rafiq ini mencita-citakan sistem di mana data kesehatan bukan lagi dimonopoli korporasi, melainkan dimiliki rakyat dan digunakan bersama.

 

Ia membayangkan “blockchain” sebagai peti suci data, tempat setiap warga menyumbang informasi medis secara anonim demi terobosan ilmiah, dan sebagai gantinya mendapat akses kesehatan sebagai hak, bukan komoditas, tegas Ranny.

 

Pengetahuan medis pun tidak lagi menjadi barang mewah yang terkunci di jurnal berbayar, tetapi menjadi api Prometheus yang menyala di tangan siapa pun yang ingin belajar, mencipta, dan menyembuhkan. Namun, jalan menuju revolusi ini bukan tanpa duri. Indonesia masih terjerat dalam birokrasi purba, tenaga medis yang kelelahan, dan infrastruktur yang keropos. Mimpi Ranny bagai hendak mendaratkan roket di ladang sawah tampak mustahil, namun bukan tidak mungkin.

 

Anggota Banggar DPR RI ini mengetahui, teknologi adalah satu sisi mata uang.Sisi lainnya adalah keberanian politik, investasi besar-besaran, dan kesadaran kolektif bahwa kesehatan tidak bisa lagi ditangani dengan pendekatan kuratif, reaktif, dan sektoral. Kita butuh lompatan kuantum, bukan hanya dalam alat, tetapi dalam cara berpikir.

 

 

Dalam dunia yang sedang memanas oleh virus, polusi, dan ketimpangan, Ranny Fahd A Rafiq berdiri sebagai penyair teknologi, mengubah ayat-ayat masa depan dalam bahasa mesin, manusia, dan harapan. Ia tidak sekadar mengkritik sistem yang rusak, tetapi menawarkan semesta baru, di mana klinik dan kampung, AI dan alam, data dan doa, saling menguatkan.

 

Jika ide-idenya diabaikan, Indonesia akan terus tertidur dalam mimpi lama. Namun jika didengar dan dihidupkan maka sejarah akan mencatat bahwa pada tahun 2025, di sebuah forum di Jakarta, masa depan kesehatan Indonesia mulai ditulis ulang bukan dengan tinta, tetapi dengan cahaya hologram dan keberanian untuk bermimpi besar, ucap Ranny.

 

 

“Dunia ini bukan kekurangan teknologi, tetapi kekurangan imajinasi,” demikian kata Ranny. Dan dengan ide-idenya ia tidak hanya membayangkan masa depan ia menantang kita semua untuk bangun dari zona nyaman.

 

 

Di tengah kabut tantangan yang membelit sistem kesehatan Indonesia, Ranny hadir bak mercusuar gagasan, memancarkan cahaya ide radikal yang menembus batas imajinasi. Ia tidak sekadar mengusulkan reformasi, tetapi revolusi, menjungkirbalikkan paradigma lama dengan keberanian seorang arsitek masa depan. Dari desa holografik yang menghapus jarak, hingga jaringan simbiotik yang merangkul bumi sebagai pasien bersama, gagasannya menulis ulang definisi “sehat” dalam skala planet.

 

 

“Masa depan kesehatan bukan hanya soal menyembuhkan tubuh, tetapi menyatukan manusia, teknologi, dan alam dalam harmoni yang tak terpisahkan. Karena ketika bumi sehat, barulah manusia benar-benar hidup.”, tutup Ranny.

 

Penulis: A.S.W

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita