Fahd A Rafiq Singgung Olimpiade Beijing, Dominasi USA dan Ambisi Tiongkok di Puncak Hegemoni. Persaingannya Makin Memanas

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

Jakarta – Kita kembali bahas sejarah Olimpiade Beijing 2008 yang dimenangkan Tiongkok sebagai juara umum dengan 51 medali emas, meskipun Amerika Serikat unggul dalam total keseluruhan medali 110 vs 100, ungkap Fahd A Rafiq di Jakarta pada Rabu (21/5/2025).

 

 

Ketua Umum DPP BAPERA mengatakan, “dalam standar klasemen resmi Olimpiade lebih memprioritaskan jumlah medali emas, Tiongkok dinyatakan sebagai juara umum untuk pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaannya di Olimpiade Ini bukan sekadar kemenangan olahraga, tapi juga pencapaian geopolitik Tiongkok.

 

 

Prestasi ini menunjukkan mereka mampu menantang dominasi tradisional Amerika Serikat, bahkan di arena global yang sangat kompetitif seperti Olimpiade. Beijing 2008 menjadi panggung unjuk power akan kebangkitan ekonomi, teknologi, dan soft power Tiongkok kepada dunia. Hal ini membuat Amerika Tercengang.

 

 

Mantan Ketum PP – AMPG ini memaparkan, Olimpiade Beijing 2008 bukan sekadar pesta olahraga, melainkan simbol kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan dunia. Dengan perolehan medali emas terbanyak, Tiongkok mengirim pesan tegas mereka bukan lagi sekadar penonton di panggung global. Namun, setelah euforia Beijing mereda, Amerika Serikat kembali mengambil alih tampuk dominasi. Meski begitu, Tiongkok tak tinggal diam. mereka terus mengejar dengan ambisi yang terukur dan strategi yang kian matang, ungkapnya.

 

 

Jika kita menilik Olimpiade London 2012, Rio de Jeneiro 2016, dan Tokyo 2020 (digelar pada 2021 karena pandemi) dan Olimpiade Paris 2024 terlihat jelas bahwa Amerika Serikat kembali memimpin dalam total perolehan medali. Kemenangan mereka ditopang oleh keunggulan di cabang olahraga seperti renang, atletik, dan bola basket dengan sejarah panjang, dukungan dana besar, dan sistem pelatihan yang stabil.

 

 

Di sisi lain, Tiongkok tetap mendominasi cabang-cabang seperti angkat besi, bulu tangkis, dan tenis meja. Namun yang menarik, mereka mulai merangsek ke cabang-cabang yang dulu dikuasai AS. Atlet-atlet Tiongkok kini menunjukkan prestasi di renang dan atletik pertanda jelas bahwa mereka sedang memperluas wilayah dominasi, tegas Fahd.

 

 

Jadi, jika digabungkan Olimpiade Musim Panas: 33 edisi, Olimpiade Musim Dingin: 24 edisi. Total semua Olimpiade 54 Edisi. Jadi, Sejak juara Umum Tahun 2008 Tiongkok Konsisten ada di peringkat 2 besar. Kita paparkan Olimpiade london 2012 Tiongkok ada diperingkat 2 dengan perolehan 38 emas, di Rio de Jeneiro (Brazil) Peringkat ke 3 dengan 26 emas, Olimpiade Tokyo 2021 ada diperingkat ke 2 dengan 38 emas selisih 1 emas dari Amerika Serikat dan yang terbaru Olimpiade Paris 2024 Tiongkok meraih 40 emas sama dengan Amerika Serikat beda diperolehan medali perak dan perunggu. Sudah semepet itu perolehan kedua medali negeri adi daya tersebut.

 

 

Lebih jauh Mantan Ketum PP – AMPG ini menjabarkan, “Persaingan AS–Tiongkok bukan cuma soal jumlah medali. Ada fondasi besar yang menopang ambisi dan kekuatan mereka. Untuk Investasi dan Infrastruktur Tiongkok membangun fasilitas olahraga modern secara besar-besaran pasca-Beijing 2008. Program pembinaan sejak usia dini dijalankan secara masif. Sementara itu, AS tetap kuat dengan model berbasis universitas dan swasta, yang mendukung inovasi dan pembinaan atlet secara berkesinambungan.

 

Lebih lanjut suami dari Ranny (Anggota DPR RI) Tiongkok cenderung fokus pada cabang dengan potensi emas tinggi. AS lebih merata, dengan kekuatan di banyak cabang. Tapi kini, Tiongkok mulai menantang di banyak cabang tradisional milik AS, ucapnya.

 

Sistem Pembinaan Tiongkok dikenal dengan sistem ketat dan terstruktur sejak usia muda. Sementara AS menawarkan jalur lebih fleksibel atlet bisa berkembang melalui sistem pendidikan sambil menekuni olahraga. Motivasi Nasional Bagi Tiongkok, prestasi olahraga adalah simbol kebangkitan bangsa. Bagi AS, kemenangan adalah tradisi yang mencerminkan keunggulan sistem sosial dan nilai-nilai mereka, papar Mantan Ketum Gema MKGR ini.

 

 

Lebih Lanjut Fahd menjabarkan, meski AS masih unggul, Tiongkok jelas sedang mempersiapkan lompatan besar. Mereka tak lagi sekadar kuat di cabang tradisional. Dengan strategi matang, mereka mulai menantang di cabang-cabang global termasuk atletik dan renang.

 

Lebih dalam Mantan Ketum DPP KNPI ini melihat, kunci keberhasilan mereka salah satunya adalah penerapan tekhnologi sportivnaya nauka (ilmu olahraga berbasis teknologi). Dengan pendekatan ilmiah, mereka mendongkrak performa atlet secara signifikan dengan Biomekanika yakni Gerakan atlet dianalisis dengan sensor dan kamera untuk meningkatkan efisiensi dan mencegah cedera.

Fisiologi: Latihan disesuaikan dengan data tubuh atlet, termasuk VO2 max dan detak jantung.

Psikologi dan Nutrisi: Fokus tidak hanya pada fisik, tetapi juga mental dan pola makan untuk menunjang performa optimal.

 

Analisis Performa: Data dan statistik jadi acuan utama pelatih dan tim untuk mengevaluasi dan memperbaiki strategi. Pemulihan dan Pencegahan Cedera dengan Pemanfaatan krioterapi, teknologi tidur, dan terapi modern membantu atlet tetap prima.

 

 

Fahd menyimpulkan, “Pertarungan Hegemoni antara USA dan Tiongkok belum selesai setelah Olimpiade Beijing 2008, Amerika Serikat memang kembali ke puncak, tapi bayang-bayang Tiongkok terus mendekat. Dengan investasi besar, sains olahraga modern, dan sistem pembinaan jangka panjang, Tiongkok semakin siap menantang dominasi AS. Kira kira siapa yang akan Juara Umum di Olimpiade Amerika Serikat Tahun 2028. Apakah akan ada gesekan keras nantinya seperti era perang dingin dulu!

 

Olimpiade mendatang akan jadi babak baru dalam rivalitas dua kekuatan dunia. Akankah Tiongkok akhirnya merebut mahkota? Atau AS akan terus bertahan sebagai raja Olimpiade?

 

Yang pasti, persaingan ini bukan hanya soal medali tetapi soal kebanggaan, strategi, dan pencapaian tertinggi umat manusia di arena olahraga dunia.

 

 

Yang jadi pertanyaan, apa kabar prestasi Olah raga Indonesia di olimpiade (level tertinggi) apakah berani pasang target 10 Emas atau kalau punya nyali pasang 15 emas, berani! Tanya Fahd. yakin bisa diwujudkan. Olah raga tradisional Indonesia itu Bulu Tangkis harus dipertahankan dan wajib mendapatkan emas kembali dari semua kelompok.

 

 

Sejarah mencatat keikutsertaan Indonesia di ajang olimpiade pertama kali di Helsinki, Finlandia sejak 1952 hingga Paris 2024, Indonesia baru mendapat 10 emas. Punya nyali ngak Indonesia minimal bisa dapat 10 emas di Olimpiade 2028 Amerika Serikat ditengah pertarungan dua negara raksasa atau maksimal diposisi 3 besar dibawah dua negara yang saya sebutkan tadi.

 

Fahd sekali lagi menegaskan, jangan terlalu silau dengan kehebatan negara lain, Indonesia bisa kok jika kita niat dan mau. Di bidang teknologi persenjataan negeri adi daya sudah buat dan mengembangkan senjata luar angkasa, tutup dosen yang mengajar di Negeri jiran ini.

 

 

Penulis: A.S.W

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita