Home BURUH

Ranny Fahd A Rafiq Lihat Dua Wajah P2MI Antara Tangan yang Menyelamatkan dan Luka yang Belum Terobati 

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

Jakarta – Indonesia adalah negara dengan populasi pekerja migran yang besar, dan di setiap perjalanan mereka, terbentang harapan sekaligus risiko. Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) berdiri di garda terdepan, mengemban mandat mulia untuk melindungi putra putri di negeri orang. Namun, dalam setiap upaya perlindungan, selalu ada narasi yang kompleks, antara capaian gemilang dan pekerjaan rumah yang tak pernah usai, ucap Ranny di Jakarta, Senin, (30/6/2025).

 

 

Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar ini menyoroti capaian nyata P2MI yang patut diacungi jempol. Baru-baru ini, mata dunia menyaksikan keberhasilan operasi penyelamatan 554 WNI korban online scam dari Myanmar di bulan maret tahun 2025, Ini bukan sekadar angka, melainkan bukti nyata kehadiran negara dalam situasi darurat transnasional yang rumit, terangnya.

 

 

 

Lebih lanjut anggota Banggar DPR menekankan, proses pemulangan ratusan WNI ini melibatkan koordinasi lintas sektoral yang intens, diplomasi tingkat tinggi, serta logistik yang tidak sederhana. P2MI, dengan dukungan berbagai pihak, berhasil menunjukkan kapasitas luar biasa dalam merespons krisis ini, bukan hanya memulangkan mereka, tetapi juga menyediakan pendampingan psikososial dan program reintegrasi sosial, terangnya.

 

 

Keberhasilan ini adalah cerminan dari komitmen pemerintah untuk tidak pernah menyerah pada warga negaranya. Anggaran P2MI yang mencapai hampir Rp 500 miliar pada tahun 2025, dengan serapan tahun sebelumnya yang nyaris sempurna (98,36% dari Rp534,8 miliar), adalah bukti konkret dari keseriusan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya untuk misi perlindungan ini, terang Istri dari Fahd A Rafiq ini.

 

Disisi lain Ranny melihat anggaran tersebut mendukung berbagai program, mulai dari sosialisasi, pelatihan, penempatan, hingga penanganan kasus dan pemulangan. Serapan anggaran yang tinggi menunjukkan bahwa dana tersebut efektif tersalurkan untuk operasionalisasi program perlindungan.

 

 

Memahami Realitas: Tantangan di Balik Status Ilegal

 

Di sisi lain, kisah tragis seperti yang menimpa Azwar, 32 tahun, di Kamboja, adalah pengingat akan kompleksitas dan tantangan besar yang dihadapi P2MI. Azwar, yang berangkat sebagai pekerja migran ilegal dengan visa turis, menjadi cerminan dari fenomena gunung es, fakta dilapangan ribuan WNI yang memilih jalur tidak resmi demi mencari penghidupan.

 

 

Penting untuk dipahami bahwa kasus Azwar, dan banyak kasus PMI ilegal lainnya, menghadirkan dilema besar bagi negara. Saat seorang warga berangkat secara ilegal, tanpa melalui prosedur yang ditetapkan, mereka secara otomatis menempatkan diri di luar jangkauan perlindungan hukum formal yang bisa diberikan oleh negara. Ini bukan berarti negara abai, namun ada batasan dan mekanisme yang harus ditaati.

 

 

Negara, dalam hal ini Kementrian P2MI, memiliki prosedur standar untuk repatriasi jenazah PMI resmi. Untuk kasus ilegal, prosedur menjadi lebih kompleks karena ketiadaan data, asuransi, dan dokumen resmi yang seharusnya menjamin perlindungan, terang Ranny.

 

Pernyataan “biasanya memang patungan” dalam kasus pemulangan jenazah PMI ilegal, seperti yang disampaikan oleh beberapa pihak, bukanlah bentuk pengabaian. Ini lebih mencerminkan realitas keterbatasan anggaran dan prosedur hukum yang ada untuk kasus-kasus di luar mekanisme resmi.

 

 

Pemerintah, dalam banyak kasus, tetap berupaya membantu semaksimal mungkin, namun seringkali dibutuhkan bantuan dari keluarga atau komunitas untuk menutupi biaya yang tidak tercakup dalam alokasi resmi untuk PMI ilegal. Menteri Abdul Kadir Karding mungkin mencoba menjelaskan realitas ini, bahwa semangat gotong royong dan kemanusiaan antar warga seringkali menjadi jalan keluar terakhir, terangnya.

 

Jalan Tengah: Kemanusiaan dalam Batasan Prosedural

 

Fenomena seperti yang menimpa Azwar memang menyayat hati dan memicu pertanyaan tentang peran negara. Namun, perlu digaris bawahi bahwa pemerintah, melalui P2MI, terus berupaya mencari titik tengah antara penegakan hukum dan empati kemanusiaan. Kasus Azwar adalah pengingat bahwa perlu ada upaya kolektif, baik dari pemerintah maupun masyarakat, untuk mengedukasi dan mencegah keberangkatan ilegal. Pemerintah tidak pernah mengizinkan, namun di saat yang sama, menghadapi tantangan sindikat penempatan ilegal yang licin dan sulit diberantas. Tapi disisi lain Anggapan “Barangkali kali aja Beruntung” adalah hal gambling, mengingat kamboja adalah negara yang dilegalkan untuk permainan judi online, tegas Ranny.

 

Ranny melihat P2MI terus berupaya memperkuat sistem pencegahan, penindakan, serta sosialisasi risiko. Pemerintah menyadari bahwa celah-celah ini perlu ditutup. Inilah mengapa program literasi dan edukasi tentang bahaya PMI ilegal, penguatan sistem imigrasi, dan penindakan tegas terhadap calo dan sindikat menjadi prioritas utama, ungkapnya.

 

Mengikat Janji Kemanusiaan: Masa Depan Perlindungan

 

Kisah Azwar dan keberhasilan pemulangan dari Myanmar adalah dua sisi mata uang yang sama. Keduanya menyoroti kapasitas P2MI yang besar sekaligus tantangan yang kompleks. P2MI dan pemerintah telah menunjukkan komitmen untuk melindungi warganya di mana pun berada. Namun, perlindungan terbaik adalah pencegahan keberangkatan ilegal itu sendiri tapi disisi lain banyak WNI yang nekat untuk memperbaiki nasib di negeri orang, papar Ranny.

 

Ke depan, harapan kita adalah P2MI dapat terus menyempurnakan sistemnya, memastikan bahwa setiap warga negara, terlepas dari status legalitas awalnya, tetap mendapatkan uluran tangan kemanusiaan, cetus Ranny.

 

 

Ranny melihat Ini adalah panggilan untuk terus membangun sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga, agar tidak ada lagi cerita sedih tentang kepulangan yang penuh luka dan biaya. Pemerintah terus berbenah, dan dukungan dari seluruh elemen bangsa akan memperkuat upaya perlindungan ini.

 

Ranny menyimpulkan, “P2MI harus terus berupaya, dengan segala keterbatasan dan tantangannya, Inilah Indonesia dan warganya dengan segala keunikan dan keragamannya. P2MI untuk harus terus menjadi payung pelindung bagi setiap anak bangsa yang mengadu nasib di negeri orang.

 

Ini adalah janji yang terus dipegang, dengan harapan suatu hari nanti, tidak ada lagi anak bangsa yang harus pulang dengan air mata dan biaya yang tak seharusnya ditanggung sendiri.

P2MI harus segera mengevaluasi inilah Indonesia dengan segala macam keberagaman dan warna hidupnya terkadang untuk mencapai bahagia semua jalan ditempuhnya, tutup Ranny

 

 

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita