Ranny Fahd A Rafiq Ungkap Alasan Percepatan RUU TNI: Stabilitas Kepemimpinan Jadi Prioritas Utama

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

 

 

 

 

Jakarta – Presiden Prabowo Subianto, akhirnya angkat bicara mengenai kontroversi Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tengah menjadi sorotan publik. Dalam sebuah sesi talk show eksklusif bersama enam pemimpin redaksi media nasional, sebagaimana dikutip oleh Ranny Fahd A Rafiq, Presiden memberikan penjelasan lugas terkait urgensi percepatan pembahasan RUU tersebut

 

 

Dengan nada tegas, Presiden membuka penjelasannya dengan menyoroti permasalahan periodesasi kepemimpinan di tubuh TNI yang dinilai tidak ideal. “Mengapa Rancangan Undang-Undang TNI ini diakselerasi bagai kilat yang menyambar? Jawabannya membentang jelas di hadapan kita Selama bertahun-tahun, kita menyaksikan sebuah tragedi kepemimpinan yang menggelikan. Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat, silih berganti dalam setahun bagai putaran roda yang tak berujung, terhempas oleh usia yang terus mengejar Bagaimana mungkin kita membangun sebuah organisasi raksasa yang kokoh jika nahkodanya berganti setiap musim, setiap hembusan angin?!” demikian kutipan pernyataan Presiden yang disampaikan Ranny Fahd. Kepala Negara menekankan bahwa inti dari revisi UU TNI ini adalah untuk mengoreksi kondisi tersebut, ungkap Ranny Fahd A Rafiq di Jakarta pada Kamis, (10/4/2025).

 

 

 

Lebih lanjut, Presiden menegaskan bahwa fokus utama dari RUU TNI adalah untuk menciptakan stabilitas kepemimpinan dalam tubuh militer. “Maka dari itu, bagai dewa-dewi yang turun dari khayangan, beberapa jenderal terpilih harus segera menduduki singgasana kepemimpinan! Inti dari RUU TNI ini, dengarkan baik-baik!, adalah sebuah titah suci untuk memperpanjang usia emas para perwira tinggi kita!” ujarnya dengan penuh keyakinan. Ia juga membantah keras adanya agenda tersembunyi terkait dwifungsi TNI. “Tidak ada setitik pun niat tersembunyi bagi TNI untuk kembali mencengkeram kekuasaan ganda! Itu hanyalah isapan jempol belaka,” tegasnya.

 

 

 

 

Dalam penjelasannya, Presiden juga menarik garis sejarah untuk memberikan konteks peran TNI dalam menjaga keutuhan bangsa. “Ingatlah! Sang Proklamator, Bapak Bangsa Bung Karno sendiri yang dengan tangan terbuka menyambut TNI ke dalam pusaran kehidupan bernegara! Kala itu, Ibu Pertiwi merintih kesakitan diserang badai pemberontakan Permesta, DI/TII, RMS, menggerogoti persatuan bagai gerombolan tikus lapar! Bung Karno dengan suara gemuruh menyatakan, ‘Indonesia dalam Gawat Darurat Perang!'”

 

 

Presiden melanjutkan bahwa undang-undang TNI pada masa itu hadir sebagai landasan yang kuat, dan para personel TNI yang mendapat tugas di ranah sipil memilih pensiun dini, kecuali pada bidang-bidang khusus seperti intelijen, Basarnas, dan Kejaksaan.

 

Menepis kekhawatiran akan bangkitnya militerisme, Presiden dengan nada tinggi menyatakan, “Jangan pernah kalian dengar bisikan-bisikan sesat tentang militerisme! Lembaga mana di negeri ini yang paling dicintai, paling dipercaya oleh seluruh rakyat Indonesia? Jawabannya tunggal! TNI! Sejak era reformasi yang penuh gejolak, citra mereka terus meroket bagai meteor di angkasa, selalu menduduki peringkat pertama dalam setiap survei !Kepercayaan rakyat kepada TNI adalah mutlak, tak tergoyahkan!”, ungkapnya.

 

 

 

Presiden juga menyinggung peran TNI dalam situasi krisis dan bencana. “Yang membawa kembali TNI ke garis depan bukanlah ambisi kekuasaan, melainkan sebuah kebakaran dahsyat di antara para pemimpin sipil itu sendiri! Ingatlah kata-kata bijak dari Bapak Prabowo, ‘Saya tunduk sepenuhnya kepada pemimpin sipil saat itu! Saya mendapatkan perhatian dan bimbingan dari Bapak Habibie!’ Rakyat Indonesia percaya kepada TNI! Ketika tsunami dahsyat meluluhlantakkan Aceh, dengan ribuan nyawa melayang bagai daun kering, siapakah yang dengan gagah berani mengangkat satu per satu jenazah? Kita harus membuka mata lebar-lebar, bersikap objektif!”

 

 

 

Di akhir penjelasannya, Presiden menekankan pentingnya sinergi antara TNI dan Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban. “Malam Natal, Tahun Baru, Lebaran, mudik! Jika ada secuil kekurangan dalam pengamanan adalah tanggung jawab kita bersama! Dan dengarkan baik-baik titah saya! Saya telah berpesan dengan sangat jelas kepada TNI dan Polri, ‘Bersihkan diri kalian dari sekarang dari segala noda dan cela sebelum saya sendiri yang turun tangan!'”

 

 

Penjelasan langsung dari Presiden ini diharapkan dapat meredakan berbagai spekulasi dan kekhawatiran terkait RUU TNI, sekaligus memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai latar belakang dan tujuan dari revisi undang-undang tersebut. Namun, perdebatan publik diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan proses pembahasan RUU di parlemen, tutup Ranny.

 

 

Penulis: A.S.W

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita