Ranny Fahd A Rafiq: Pidato Presiden Prabowo Menabuh Genderang Revolusi Keadilan untuk Kaum Buruh dan  Masyarakat Miskin 

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

 

 

 

 

Jakarta – Di Hari Buruh Internasional, saat ribuan suara menggetarkan udara Jakarta, Presiden Prabowo Subianto berdiri tegak di atas podium Lapangan Monumen Nasional, tak sekadar sebagai pemimpin negara, melainkan sebagai simbol kebangkitan kaum tertindas, ucap Ranny di Jakarta Pada Kamis, (1/5/2025).

 

Anggota DPR RI komis IX ini menilai pidato Presiden Prabowo Subianto mengguncang ruang publik dan menyayat kesadaran nasional serta mengukuhkan dirinya sebagai “Presiden kaum buruh, nelayan, dan orang miskin.” Kalimat itu tak lagi sekadar retorika. Ia melesat seperti panah ke jantung ketimpangan sosial, membelah langit ketidakpedulian yang selama ini menaungi nasib kelas pekerja, ungkapnya.

 

Ranny melihat, Presiden Prabowo tidak berbicara sebagai tentara, ia berbicara sebagai seorang ayah bangsa yang hatinya meleleh ketika menyaksikan anak negeri yang masih tidur dalam kelaparan dan dirawat dalam keputusasaan. Presiden Prabowo Subianto konsisten dengan ucapan, tindakan, yang berlanjut kepada kebijakannya yang pro rakyat kecil.

 

Presiden Ke – 8 RI ini mengucapkan, “Saya akan bekerja sekeras-kerasnya agar tidak ada anak Indonesia yang kelaparan” ini adalah sebuah janji yang seakan membelah cakrawala sejarah dari era pengabaian menuju zaman pembebasan.

 

Dalam satu pidato, Prabowo membangun mimpi dan meruntuhkan kekakuan birokrasi. Ia mengumumkan kelahiran Dewan Pengawas Kesejahteraan Buruh Nasional, lembaga yang digadang akan menjadi mata elang pengawas kebijakan. Bersamaan dengan hal itu ia segera membentuk Satuan Tugas Anti-PHK barikade konkret untuk melawan ketidakadilan di lorong-lorong pabrik.

 

 

Istri dari Fahd A Rafiq ini mendengar presiden menjanjikan penyelesaian RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga dalam waktu tiga bulan, hal ini seperti membelah samudra akan lambannya legislasi. Ia bicara tentang perlindungan pekerja laut dan penghapusan outsourcing dengan kehati-hatian seorang pejuang yang tak ingin mengorbankan tanah tempat investor berpijak, tapi juga tak sudi membiarkan rakyat kecil terus diinjak.

 

Puncaknya, Prabowo dalam waktu dekat akan segera mengukir sejarah dengan mempertemukan 150 pimpinan buruh dan 150 pemimpin korporasi akan duduk satu meja di Istana Bogor, sebuah pertemuan langka, yang bisa menjadi revolusi sosial. “Pengusaha tidak boleh kaya sendiri tanpa mengajak pekerja hidup layak,” katanya, menyalakan harapan di hati ribuan pekerja yang selama ini hanya mendapat sisa dari pesta, cetus Ranny.

 

Di lain sisi ketika Presiden juga menyebut nama Marsinah, aktivis buruh yang wafat karena perjuangannya, suasana menjadi khidmat. Prabowo tidak sekadar mengenangnya, ia ingin mengangkatnya menjadi Pahlawan Nasional. Sebuah langkah simbolik, namun sarat pesan bahwa peluh, darah, dan air mata buruh akan mendapatkan tempat di altar kehormatan bangsa Indonesia.

 

Lalu, dengan logika rakyat yang begitu sederhana, namun tak terbantahkan, ia menutup: “Kalau rakyat kecil punya penghasilan cukup, maka sepatu akan dibeli, pabrik hidup, pengusaha untung, negara maju.” Pidato Prabowo hari buruh Internasional 2025 bukan sekadar pidato ia adalah dentuman genderang perang terhadap kemiskinan, manifestasi cinta terhadap republik, dan janji langit bagi bumi yang telah lama kering akan keadilan.

 

Kini, sejarah mencatat. Rakyat menanti dan Indonesia menahan napas akankah ini awal dari transformasi sejati dari penindasan karena di jajah bangsa sendiri, tutup Ranny.

 

Penulis: A.S.W

 

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita