Ranny Fahd A Rafiq Bicara Soal Infrastruktur Dinamis dan Statis, Kunci Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

 

 

 

 

 

Jakarta – Dalam pembangunan sebuah negara, infrastruktur memegang peran vital sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak semua infrastruktur memiliki peran yang sama. Ada dua jenis infrastruktur yang perlu dipahami: statis dan dinamis. Hal ini disampaikan oleh Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, Ucap Ranny Fahd A Rafiq, di Jakarta pada Jumat (18/4/2025).

 

 

“Ada dua jenis pembangunan infrastruktur. Pertama adalah infrastruktur statis, dan kedua adalah infrastruktur dinamis. Jalan tol, pelabuhan, bandara semua itu masuk kategori infrastruktur statis,” ujar Ranny mengawali penjelasannya.

 

Infrastruktur Statis: Penopang Gerak Ekonomi

 

Ranny menjelaskan bahwa infrastruktur statis merupakan fasilitas fisik yang dibangun untuk menunjang aktivitas sektor lain, khususnya infrastruktur dinamis. Ia memberi contoh konkret dari sejarah pembangunan Amerika Serikat di era 1940 hingga 1961.

 

“Amerika saat itu membangun jalan raya sepanjang lebih dari 25.000 km—sembilan koridor dari timur ke barat dan sebelas dari utara ke selatan. Tujuannya adalah mendorong industri otomotif mereka. Hasilnya, industri tersebut tumbuh lebih dari 15% per tahun,” ungkapnya.

 

Menurut Ranny, pembangunan infrastruktur statis dilakukan setelah ada kejelasan pemanfaatannya. Tanpa arah yang jelas, pembangunan hanya menjadi beban anggaran dan tidak berdampak signifikan pada ekonomi riil.

 

Studi Kasus Tiongkok: Strategi Bertahap dan Terarah

 

Selain Amerika, Ranny juga menyoroti pola pembangunan di Tiongkok. Negara itu, katanya, mulai membangun infrastruktur statis secara besar-besaran sejak awal 1990-an hingga 2010, tetapi difokuskan terlebih dahulu di kawasan timur.

“Wilayah timur Tiongkok adalah pusat produksi dan pelabuhan ekspor. Mereka bangun jalan, rel kereta api, dan pelabuhan untuk memperlancar distribusi produk. Itu semua untuk mendukung infrastruktur dinamis,” jelas Ranny, yang juga dikenal sebagai istri dari tokoh pemuda nasional Fahd A Rafiq.

 

Infrastruktur Dinamis: Jantung Produksi dan Inovasi

 

Berbeda dengan statis, infrastruktur dinamis menurut Ranny merupakan sektor industri yang secara aktif menciptakan nilai tambah. Contohnya seperti industri hulu—pabrik bahan baku, pengolahan bijih besi, kilang minyak, dan sektor pangan.

“Disebut dinamis karena sektor ini bergerak. Bergerak mengikuti kebutuhan pasar dan inovasi teknologi. Tanpa infrastruktur dinamis, pembangunan statis tidak akan memberikan dampak ekonomi jangka panjang,” tegasnya.

 

Ia menyebut bagaimana Tiongkok pada era 1990-an dan 2000-an dikenal sebagai “negara peniru” (imitating country). Namun karena terbiasa meniru, kini mereka telah menjadi “negara pencipta” (innovating country) yang mampu mengembangkan produk baru secara kreatif dan inovatif.

 

“Kita semua tahu pepatah ‘ala bisa karena biasa’. Setelah terbiasa meniru, Tiongkok kini tahu mana yang terbaik dan kemudian menciptakan standar baru dalam inovasi,” ujarnya.

 

Catatan Kritis untuk Indonesia

 

Ranny tak segan memberikan catatan kritis terhadap kondisi pembangunan di Indonesia. Menurutnya, Indonesia perlu memahami dengan serius perbedaan antara infrastruktur statis dan dinamis agar kebijakan pembangunan tidak keliru arah. Di Era Presiden Prabowo Subianto pasti belajar akan mengambil pelajaran dari era era sebelumnya.

 

“Amerika membangun yang dinamis dulu, baru yang statis. China juga demikian. Tapi kalau di Indonesia… Anda tahu sendiri jawabannya,” tutupnya dengan nada reflektif.

 

Kesimpulan: Keseimbangan adalah Kunci

 

Ranny menegaskan kembali bahwa pembangunan infrastruktur tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Perlu perencanaan yang cermat, terstruktur, dan berorientasi jangka panjang. Infrastruktur dinamis dan statis harus berjalan beriringan, saling menopang untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang produktif dan berkelanjutan, tutupnya.

 

Penulis: A.S.W

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita