Fahd A Rafiq Singgung Suzuki dan Hamamatsu Ketika Keajaiban Mengalahkan Kekuatan Uang di MotoGP 2020

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

 

 

 

Jakarta – Tahun 2020 bukan hanya menjadi catatan kelam karena pandemi global, tapi juga menjadi bab yang paling tidak terduga dalam sejarah MotoGP modern. Di tengah dominasi raksasa seperti Honda, Yamaha, dan Ducati, muncullah sebuah keajaiban dari Hamamatsu, Jepang. Suzuki, yang dikenal lebih irit bicara dan minim anggaran, keluar sebagai juara dunia melalui pembalap muda Joan Mir sebuah pencapaian monumental yang kini dianggap sebagai “keajaiban dunia di MotoGP.”, ucap Fahd A Rafiq.

 

 

Joan Mir, yang hanya sekali mencicipi podium tertinggi musim itu, secara konsisten mengumpulkan poin dan tampil stabil saat, para rivalnya tumbang satu per satu dalam tekanan dan cedera. Ia menjadi juara dunia MotoGP 2020 hanya dalam musim keduanya di kelas premier. Kejuaraan ini bukan hanya milik Mir, melainkan juga menjadi klimaks dari perjuangan Suzuki yang memulai kembali proyek MotoGP nya sejak 2015 dengan dua motor di grid.

 

 

Mengapa Ini Disebut Keajaiban?

 

 

Secara teknis, Suzuki kalah di hampir semua lini tidak punya tim satelit, hanya punya dua pembalap (Joan Mir dan Alex Rins), serta menggunakan mesin inline-four. berbeda dari para pesaing utama yang menggunakan konfigurasi V-four yang lebih bertenaga.

Namun, justru lewat pendekatan teknis yang konservatif ini, Suzuki menemukan keseimbangan. Motor GSX-RR mereka unggul dalam stabilitas menikung, efisiensi ban, dan kehalusan akselerasi faktor kunci dalam musim 2020 yang penuh gangguan cuaca, jadwal padat, dan banyak insiden kecelakaan.

 

“Bayangkan, Ducati dengan 6 motor di lintasan, Yamaha dengan 4, Honda yang punya anggaran raksasa semuanya ditaklukkan dua motor biru dari Hamamatsu,” ujar Fahd A. Rafiq, Ketua Umum DPP BAPERA, dalam pernyataannya di Jakarta, Minggu (4/5/2025). “Ini seperti dongeng.”

 

Konspirasi dan Strategi Dua Motor Dimusnahkan

 

Hal yang membuat kemenangan Suzuki semakin ikonik adalah keputusan mereka untuk memusnahkan dua unit motor GSX-RR 2022 setelah musim berakhir. Langkah ekstrem ini disebut-sebut sebagai upaya mencegah teknologi mereka di duplikasi oleh tim lain. Banyak pengamat menilai bahwa pencapaian Suzuki terlalu ‘bersih’, sehingga tak bisa direplikasi bahkan oleh tim dengan anggaran lebih besar.

 

Kemenangan yang Bertepatan dengan Ulang Tahun 1 Abad Suzuki

 

Tahun 2020 juga bertepatan dengan 100 tahun berdirinya Suzuki. Gelar ini seperti sebuah pesan simbolis setelah satu abad eksistensi, mereka mampu menaklukkan kasta tertinggi balap motor dunia. Namun dua tahun kemudian, pada 2022, Suzuki mundur dari MotoGP dengan alasan mengembangkan teknologi kendaraan listrik.

 

Keputusan tersebut mengejutkan banyak pihak, termasuk Dorna Sports selaku penyelenggara MotoGP. Suzuki adalah satu-satunya pabrikan yang mampu menandingi kekuatan uang Honda dan teknologi Ducati tanpa harus mengandalkan volume motor di lintasan, ungkap Fahd.

 

Dampaknya di Indonesia: Antara Dominasi dan Boikot

 

dampak kemenangan Suzuki terasa hingga ke Tanah Air. Sayangnya, motor Suzuki di pasar Indonesia semakin tenggelam oleh dominasi Honda dan Yamaha. Di masa lalu, saking seringnya menang di balapan nasional, tim Suzuki kabarnya sempat ‘di boikot’ secara halus oleh penyelenggara. Bukan karena takut bersaing, melainkan karena keterbatasan dana untuk partisipasi penuh.

 

Namun tak banyak yang tahu bahwa produk seperti GSX 150 adalah turunan dari prototipe balap Moto3 memberi keunggulan teknis bagi penggunanya yang ingin berkarier balap. Bahkan hingga kini, Suzuki FXR 150, motor 4-tak keluaran tahun 1999, masih memegang rekor tenaga tertinggi di kelasnya yakni 21 HP. Bandingkan dengan motor modern yang hanya berkisar 19 HP, ini menunjukkan bahwa Suzuki sudah unggul dua dekade lebih awal, cetus Fahd.

 

Akhir yang Membekas, Legenda yang Terus Hidup

 

Hari ini, di era regulasi Euro 5, produsen Tiongkok dan India mulai membanjiri pasar dunia otomotif Indonesia, Yamaha unggul dalam inovasi. Namun nama Suzuki tetap hidup dalam benak penggemar MotoGP sejati. Mereka bukan hanya juara, tapi simbol bahwa teknologi cerdas dan keberanian bisa mengalahkan uang dan kuantitas.

 

Kemenangan Suzuki 2020 akan terus dikenang bukan sekadar sebagai juara, tapi sebagai cerita epik tentang bagaimana yang kecil, jika konsisten dan tepat, bisa menjungkirbalikkan dunia, tutup Dosen yang mengajar di Negeri Jiran tersebut.

 

 

Penulis: A.S.W

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Kategori Berita